Pengolahan primer adalah langkah awal yang fundamental dalam persiapan lahan perkebunan, dan menjadi kunci keberhasilan keseluruhan budidaya tanaman. Tahap ini bukan sekadar menggemburkan tanah, melainkan membentuk fondasi fisik dan biologis yang optimal agar tanaman dapat tumbuh subur dan produktif. Memahami pengolahan primer secara mendalam sangat penting bagi setiap pelaku perkebunan.
Tujuan utama dari pengolahan primer adalah untuk memecah lapisan tanah yang padat, meningkatkan aerasi, serta memperbaiki drainase. Proses ini umumnya melibatkan penggunaan alat berat seperti bajak singkal atau bajak piringan yang bekerja hingga kedalaman tertentu, membalik dan melonggarkan tanah. Kedalaman dan intensitas pengolahan sangat bergantung pada jenis tanah, topografi lahan, serta jenis komoditas yang akan ditanam. Misalnya, untuk tanaman keras seperti kelapa sawit atau karet, pengolahan primer yang dalam diperlukan untuk mendukung perkembangan akar yang kuat. Pada Selasa, 10 September 2024, di Balai Latihan Pertanian Serbaguna, Jawa Timur, telah diadakan pelatihan teknik pengolahan tanah bagi 120 petani dan staf perkebunan. Dalam sesi materi, Dr. Ir. Hari Susanto, seorang ahli agronomi dari Institut Pertanian Nasional, memaparkan bahwa kesalahan dalam pengolahan primer dapat mengurangi potensi hasil panen hingga 15% pada siklus pertama. Informasi ini didapatkan dari laporan kegiatan pelatihan yang diterbitkan pada 15 September 2024.
Selain aspek fisik tanah, pengolahan primer juga berperan dalam mengendalikan gulma dan mempersiapkan lahan dari sisa-sisa vegetasi sebelumnya. Dengan membalik tanah, biji-biji gulma dapat terkubur dan dorman, mengurangi persaingan hara di awal pertumbuhan tanaman utama. Namun, penting untuk melakukannya dengan metode yang bertanggung jawab, terutama dalam konteks keberlanjutan lingkungan. Metode Pembukaan Lahan Tanpa Membakar (PLTMb) menjadi pilihan utama saat ini. Praktik ini melibatkan pembersihan vegetasi secara mekanis atau manual tanpa menggunakan api, sehingga meminimalkan polusi udara dan kerusakan mikroorganisme tanah. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian pada Juni 2025, implementasi PLTMb secara nasional telah meningkat 20% dalam tiga tahun terakhir, yang berkorelasi positif dengan penurunan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di daerah sekitar perkebunan, menurut data dari Kementerian Kesehatan yang dirilis pada 1 Juli 2025.
Dengan demikian, pengolahan primer adalah tahap krusial yang tidak boleh diabaikan dalam persiapan lahan perkebunan. Investasi waktu dan sumber daya pada tahap ini akan memberikan keuntungan jangka panjang berupa tanah yang subur, tanaman yang sehat, dan pada akhirnya, hasil panen yang optimal dan berkelanjutan.